Hubungan Sosial Budaya Dengan Pemberian Air Susu Ibu (Asi) Eksklusif Pada Bayi Di Wilayah Kerja Puskesmas Keruak Kabupaten Lombok Timur Tahun 2011
BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Peningkatan pemberian Air Susu Ibu (ASI) sebagai makanan paling sempurna bagi bayi merupakan suatu upaya nyata dalam mewujudkan kesehatan dan gizi masyarakat khususnya bayi dan anak balita (Depkes RI, 2008).
Data SDKI tahun 2008 terhadap pemberian ASI menunjukkan bahwa 32% bayi di bawah umur 6 bulan mendapat ASI ekslusif, selebihnya ASI diberikan bersama susu lainnya atau bersama makanan padat. Pada umur 6-9 bulan, sebesar 14% bayi tidak lagi diberi ASI dan 75% mendapat makanan tambahan. Hal ini menunjukkan bahwa minuman selain ASI dan makanan pengganti ASI sudah mulai diberikan pada usia dini. Melihat tersebut sepertinya agak sulit untuk mencapai target nasional ASI eksklusif sebesar 90%.
Hasil survey cepat tentang knowledge, attitude, practice and coverage (KAPC) pada ibu yang memiliki bayi usia di bawah 2 tahun di Kabupaten Lombok Timur yang dilakukan oleh WHFW-AusAID Project dan Dinas Kesehatan Propisi NTB tahun 2006 bahwa sebagian bayi di bawah usia 4 bulan sudah diberikan makanan pendamping ASI yaitu sebesar 52 persen. Sedangkan untuk cakupan pemberian Air Susu Ibu (ASI) secara eksklusif di NTB sebesar 60,06% dan khususnya di Kabupaten Lombok Timur sebesar 75,2% pada tahun 2007, kemudian pada tahun 2008 mengalami penurunan menjadi 33,5% dan pada tahun 2009 menjadi peningkatan menjadi 40% tapi belum mencapai target 90% (Profil kesehatan Lombok Timur, 2009).
Dilihat dari 29 Puskesmas di Kabupaten Lombok Timur Puskesmas Keruak termasuk lima besar terendah pencapaian Air Susu Ibu (ASI) ekslusif dimana pada tahun 2007sebesar 45,5%, pada tahun 2008 sebesar 50% dan pada tahun 2009 sebesar 52,5%, masih kurang dari target minimal yaitu 90% (Profil Puskesmas Keruak, 2009).
Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Purnami (2008) tentang faktor-faktor penyebab kegagalan ASI ekslusif di Kelurahan Kembang Sari wilayah kerja Puskesmas Selong penyebab kegagalan ASI ekslusif adalah faktor ibu yang meliputi sosial budaya (pengetahuan yang kurang tentang ASI ekslusif 46,9% dan 84,6% gagal memberikan ASI ekslusif karena adanya kebiasaan dan kepercayaan keluarga/lingkungan seperti memberikan makanan pengganti ASI berupa susu formula, bubur, pisang, dan makanan padat lainnya sebelum bayi berusia 6 bulan).
Permasalahan utama dalam pemberian ASI ekslusif adalah sosial budaya antara lain kurangnya kesadaran akan pentingnya ASI, pelayanan kesehatan yang belum sepenuhnya mendukung, gencarnya promosi susu formula, ibu bekerja dan dukungan keluarga. Adapun kebiasaan ibu yang tidak mendukung pemberian ASI adalah memberikan makanan/minuman setelah bayi lahir seperti madu, air kelapa, nasi papah, pisang dan memberikan susu formula sejak dini, orang tua dan keluarga juga masih menyediakan dan menganjurkan pemberian susu formula dan kepercayaan seperti adanya kepercayan kalau menyusui dapat merusak bentuk payudara dan adanya kepercayan memberikan madu/air manis merupakan suatu ajaran agama .
Puskesmas Keruak telah banyak melakukan upaya dalam rangka akselerasi penurunan angka morbiditas maupun mortalitas bayi. Salah satu upaya tersebut adalah kunjungan rumah oleh tenaga kesehatan untuk melakukan perawatan lanjut pada bayi baru lahir, memberikan edukasi dan keterampilan pada ibu tentang perawatan bayi, melakukan promosi tentang pemberian ASI secara eksklusif serta pemberian makanan pendamping sesuai dengan tahap pertumbuhan untuk pemenuhan energi dan zat gizi. Namun upaya tersebut belum dapat mengurangi kebiasaan masyarakat dalam praktek pemberian makanan yang baik pada bayi.
Keadaan tersebut diatas mendasari peneliti tertarik untuk mengambil lokasi penelitian di Puskesmas Keruak dengan judul “ Hubungan Sosial Budaya dengan Pemberian ASI Eksklusif pada Bayi diwilayah kerja Puskesmas Keruak Kabupaten Lombok Timur.”
1.2 Rumusan Masalah
Sesuai dengan latar belakang tersebut di atas maka dapat dirumuskan permasalahan penelitian sebagai berikut :
1.2.1 Apakah ada hubungan kebiasaan dengan pemberian ASI Eksklusif pada bayi di wilayah kerja Puskesmas Keruak Kabupaten Lombok Timur?
1.2.2 Apakah ada hubungan kepercayaan dengan pemberian ASI Eksklusif pada bayi di wilayah kerja Puskesmas Keruak Kabupaten Lombok Timur?
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan sosial budaya dengan pemberian ASI Eksklusif pada bayi di wilayah kerja Puskesmas Keruak Kabupaten Lombok Timur.
1.3.2 Tujuan Khusus
1.3.2.1 Untuk mengetahui hubungan kebiasaan dengan pemberian ASI Eksklusif pada bayi di wilayah kerja Puskesmas Keruak Kabupaten Lombok Timur.
1.3.2.2 Untuk Mengetahui hubungan kepercayaan dengan pemberian ASI Eksklusif pada bayi di wilayah kerja Puskesmas Keruak Kabupaten Lombok Timur.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Bagi peneliti
Dapat menambah cakrawala berfikir agar lebih berpengalaman dalam pendekatan masyarakat dengan memahami sosial budaya yang ada melalui penelitian di lapangan.
1.4.2 Bagi keluarga dan masyarakat
Dapat memberikan informasi kepada keluarga dan masyarakat tentang pemberian ASI pada bayi, sehingga dapat dijadikan motivasi untuk tetap memberikan hanya ASI pada bayi baru lahir sampai dengan usia 6 bulan dilanjutkan dengan makanan pendamping sesuai kebutuhan bayi.
1.4.3 Bagi Instansi Pelayanan Kesehatan
Dapat dijadikan dasar untuk mengambil kebijakan dalam upaya meningkatkan perilaku dan keterampilan keluarga dengan memberikan edukasi pada keluarga dan masyarakat melalui pendekatan sosial budaya.
Peningkatan pemberian Air Susu Ibu (ASI) sebagai makanan paling sempurna bagi bayi merupakan suatu upaya nyata dalam mewujudkan kesehatan dan gizi masyarakat khususnya bayi dan anak balita (Depkes RI, 2008).
Data SDKI tahun 2008 terhadap pemberian ASI menunjukkan bahwa 32% bayi di bawah umur 6 bulan mendapat ASI ekslusif, selebihnya ASI diberikan bersama susu lainnya atau bersama makanan padat. Pada umur 6-9 bulan, sebesar 14% bayi tidak lagi diberi ASI dan 75% mendapat makanan tambahan. Hal ini menunjukkan bahwa minuman selain ASI dan makanan pengganti ASI sudah mulai diberikan pada usia dini. Melihat tersebut sepertinya agak sulit untuk mencapai target nasional ASI eksklusif sebesar 90%.
Hasil survey cepat tentang knowledge, attitude, practice and coverage (KAPC) pada ibu yang memiliki bayi usia di bawah 2 tahun di Kabupaten Lombok Timur yang dilakukan oleh WHFW-AusAID Project dan Dinas Kesehatan Propisi NTB tahun 2006 bahwa sebagian bayi di bawah usia 4 bulan sudah diberikan makanan pendamping ASI yaitu sebesar 52 persen. Sedangkan untuk cakupan pemberian Air Susu Ibu (ASI) secara eksklusif di NTB sebesar 60,06% dan khususnya di Kabupaten Lombok Timur sebesar 75,2% pada tahun 2007, kemudian pada tahun 2008 mengalami penurunan menjadi 33,5% dan pada tahun 2009 menjadi peningkatan menjadi 40% tapi belum mencapai target 90% (Profil kesehatan Lombok Timur, 2009).
Dilihat dari 29 Puskesmas di Kabupaten Lombok Timur Puskesmas Keruak termasuk lima besar terendah pencapaian Air Susu Ibu (ASI) ekslusif dimana pada tahun 2007sebesar 45,5%, pada tahun 2008 sebesar 50% dan pada tahun 2009 sebesar 52,5%, masih kurang dari target minimal yaitu 90% (Profil Puskesmas Keruak, 2009).
Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Purnami (2008) tentang faktor-faktor penyebab kegagalan ASI ekslusif di Kelurahan Kembang Sari wilayah kerja Puskesmas Selong penyebab kegagalan ASI ekslusif adalah faktor ibu yang meliputi sosial budaya (pengetahuan yang kurang tentang ASI ekslusif 46,9% dan 84,6% gagal memberikan ASI ekslusif karena adanya kebiasaan dan kepercayaan keluarga/lingkungan seperti memberikan makanan pengganti ASI berupa susu formula, bubur, pisang, dan makanan padat lainnya sebelum bayi berusia 6 bulan).
Permasalahan utama dalam pemberian ASI ekslusif adalah sosial budaya antara lain kurangnya kesadaran akan pentingnya ASI, pelayanan kesehatan yang belum sepenuhnya mendukung, gencarnya promosi susu formula, ibu bekerja dan dukungan keluarga. Adapun kebiasaan ibu yang tidak mendukung pemberian ASI adalah memberikan makanan/minuman setelah bayi lahir seperti madu, air kelapa, nasi papah, pisang dan memberikan susu formula sejak dini, orang tua dan keluarga juga masih menyediakan dan menganjurkan pemberian susu formula dan kepercayaan seperti adanya kepercayan kalau menyusui dapat merusak bentuk payudara dan adanya kepercayan memberikan madu/air manis merupakan suatu ajaran agama .
Puskesmas Keruak telah banyak melakukan upaya dalam rangka akselerasi penurunan angka morbiditas maupun mortalitas bayi. Salah satu upaya tersebut adalah kunjungan rumah oleh tenaga kesehatan untuk melakukan perawatan lanjut pada bayi baru lahir, memberikan edukasi dan keterampilan pada ibu tentang perawatan bayi, melakukan promosi tentang pemberian ASI secara eksklusif serta pemberian makanan pendamping sesuai dengan tahap pertumbuhan untuk pemenuhan energi dan zat gizi. Namun upaya tersebut belum dapat mengurangi kebiasaan masyarakat dalam praktek pemberian makanan yang baik pada bayi.
Keadaan tersebut diatas mendasari peneliti tertarik untuk mengambil lokasi penelitian di Puskesmas Keruak dengan judul “ Hubungan Sosial Budaya dengan Pemberian ASI Eksklusif pada Bayi diwilayah kerja Puskesmas Keruak Kabupaten Lombok Timur.”
1.2 Rumusan Masalah
Sesuai dengan latar belakang tersebut di atas maka dapat dirumuskan permasalahan penelitian sebagai berikut :
1.2.1 Apakah ada hubungan kebiasaan dengan pemberian ASI Eksklusif pada bayi di wilayah kerja Puskesmas Keruak Kabupaten Lombok Timur?
1.2.2 Apakah ada hubungan kepercayaan dengan pemberian ASI Eksklusif pada bayi di wilayah kerja Puskesmas Keruak Kabupaten Lombok Timur?
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan sosial budaya dengan pemberian ASI Eksklusif pada bayi di wilayah kerja Puskesmas Keruak Kabupaten Lombok Timur.
1.3.2 Tujuan Khusus
1.3.2.1 Untuk mengetahui hubungan kebiasaan dengan pemberian ASI Eksklusif pada bayi di wilayah kerja Puskesmas Keruak Kabupaten Lombok Timur.
1.3.2.2 Untuk Mengetahui hubungan kepercayaan dengan pemberian ASI Eksklusif pada bayi di wilayah kerja Puskesmas Keruak Kabupaten Lombok Timur.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Bagi peneliti
Dapat menambah cakrawala berfikir agar lebih berpengalaman dalam pendekatan masyarakat dengan memahami sosial budaya yang ada melalui penelitian di lapangan.
1.4.2 Bagi keluarga dan masyarakat
Dapat memberikan informasi kepada keluarga dan masyarakat tentang pemberian ASI pada bayi, sehingga dapat dijadikan motivasi untuk tetap memberikan hanya ASI pada bayi baru lahir sampai dengan usia 6 bulan dilanjutkan dengan makanan pendamping sesuai kebutuhan bayi.
1.4.3 Bagi Instansi Pelayanan Kesehatan
Dapat dijadikan dasar untuk mengambil kebijakan dalam upaya meningkatkan perilaku dan keterampilan keluarga dengan memberikan edukasi pada keluarga dan masyarakat melalui pendekatan sosial budaya.
untuk refrensi Bab Berikutnya silahkan download linknya
0 komentar:
Posting Komentar